Kamis, 21 April 2016

Motivasi Menjadi Seorang Dokter

INSPIRASI PROFESI: JADI DOKTER ITU...

 Sunday, March 22, 2015  Indah Riyanti Putri  47 Comments

"Cita-cita kamu apa?" --- "Jadi dokter."

Kalimat tanya-jawab di atas terdengar begitu standard ya.. Pasti sering terdengar entah mungkin dari jaman ayah-ibu kita, jaman kita saat kecil, sampai jaman anak-anak sekarang. Di Indonesia, bisa jadi profesi dokter menjadi salah satu profesi impian dari anak-anak hingga akhirnya memutuskan mau masuk Fakultas Kedokteran saat lulus SMA. Mengapa? Karena katanya jadi dokter itu enak, jadi dokter itu mapan, jadi dokter itu bisa hidup berkecukupan, jadi dokter itu bisa menolong banyak orang...

Pokoknya masih ada banyak alasan jadi dokter itu katanya begini dan begitu.

Tapi, benarkah jika profesi seorang dokter seperti apa yang diopinikan banyak orang? Mau sedikit sharing yaa tentang profesi dokter dalam pandangan saya, walaupun saya sendiri belum resmi menjadi seorang dokter (semoga tahun ini bisa resmi menyandang gelar tersebut aamiin).

Bagi saya, jadi dokter itu...

Bukan sekedar cita-cita
Saya sempat menyebutkan dalam postingan "20 Facts About Me" kalau alasan pertama saya bercita-cita menjadi dokter adalah karena lagu dari Susan & Ria Enes (bisa tebak kan saya angkatan berapa? hehe), lagu tersebut adalah salah satu lagu favorit saya saat masih anak-anak. Lagu ini pula yang membuat saya dulu ketika ditanya "kalau udah besar mau jadi apa?", saya yakin menjawab "jadi dokter". Ketika saya sakit & harus periksa ke dokter, Alhamdulillah ga pernah takut juga sama dokter malah kagum. Pikiran saya yang masih bocah saat itu adalah "dokter hebat ya bisa sembuhin orang.. keren!"
percaya atau tidak, lagu inilah awal mula saya bercita-cita menjadi dokter
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak ilmu yang didapatkan dari bangku sekolah, tidak sedikit anak-anak yang dulunya bercita-cita menjadi dokter mengurungkan niatnya & mengganti cita-cita mereka. Tapi saya tidak. Alasannya? Karena ga tau mau jadi apa selain jadi dokter. Ditambah kegiatan ekskul (ekstra kurikuler) yang saya ikuti mulai jadi dokter kecil sampai PMR & pelajaran favorit saya adalah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yang membuat saya semakin ingin menjadi dokter. Bahkan sampai SMA pun tetep teguh mau masuk Fakultas Kedokteran, tanpa punya pilihan alternatif lain selain jurusan ini.

Susah (?)
Jadi dokter itu susah? Well, yang ini mau tak mau harus saya jawab memang susah sih.. Saat ujian masuk Fakultas Kedokteran pastinya sudah berkompetisi dengan banyak calon mahasiswa lainnya yang kebanyakan juga mahasiswa berprestasi. Belum lagi passing grade Fakultas Kedokteran termasuk salah satu yang tertinggi di setiap universitas. Tidak heran kalau untuk menjadi seorang dokter itu susah, karena banyak sekali ilmu yang harus dipelajari & dikuasai (saya saja sampai sekarang masih suka merasa susah). Karena itulah saya sangat bersyukur diberikan kesempatan oleh Allah untuk bisa menempuh pendidikan sampai saat ini. Ketika saya merasa "tidak kuat" melanjutkannya pun saya jadi berpikir kembali untuk banyak bersyukur, karena tidak semua orang bisa mendapatkan seperti saya. Jadi, susahnya dijalani saja~

Melelahkan
Bukan bermaksud untuk mengeluh, tapi dari apa yang saya rasakan selama pendidikan & melihat bagaimana senior-senior saya saat bekerja kenyataannya profesi ini memang butuh ketahanan fisik & mental yang lebih. 2 hari berturut-turut jaga di rumah sakit tanpa pulang ke rumah? bisa! Jaga malam tapi tidak ada waktu untuk tidur? bisa juga! Stress banyak pikiran ini-itu? jangan ditanya, pasti ada.

Walaupun melelahkan, tetaplah dituntut untuk selalu profesional & ikhlas dalam melaksanakan tugas. Tentunya jika kondisi tubuh & pikiran sudah tidak memungkinkan, tentu tidak bisa dipaksakan untuk terus bertahan. Jangan salah loh, dokter itu sangat rentan dengan serangan penyakit. Selain karena banyak menghabiskan waktu di lingkungan yang tidak sehat (infeksius, banyak risiko penularan, dll), profesi ini juga memiliki stressor yang cukup tinggi.

Belajar seumur hidup
Hah? Jadi dokter berarti harus belajar seumur hidup? Tentu. Jadi dokter harus selalu up-to-date sama ilmu kedokteran yang semakin berkembang dari masa ke masa, jangan cuma update di social media aja (ngomong sama diri sendiri). Saya yakin mau berprofesi dalam bidang apapun, ilmu-ilmu yang terkait tentu dapat berkembang sehingga kita harus terus belajar agar tidak tertinggal. Apalagi jika menjadi seorang dokter, bertanggung jawab terhadap kesehatan seseorang atau orang banyak sehingga tidak boleh berpuas hati dengan ilmu yang sudah didapat. Saya mengagumi & terinspirasi oleh para guru maupun senior saya yang selalu terus belajar walaupun usia mereka tidak muda lagi atau mereka termasuk dokter yang sudah sukses. Justru yang semakin sukses lah yang juga terus belajar!

Kebahagiaan yang tak hanya sekedar materi

This is the reason why I love this profession, priceless happiness! Setiap follow-up (memeriksa perkembangan) kondisi pasien & melakukannya dengan ikhlas, dibalas dengan semangat para pasien untuk segera sembuh rasanya luar biasa. Mengikuti kondisi pasien yang sakit & lemas kemudian bisa kembali sehat & segar, entah mengapa saya pun ikut bahagia. Melihat anak-anak yang tidak takut untuk diperiksa atau berhasil membujuk pasien anak yang sangat susah untuk kooperatif saat diperiksa bisa sejenak melupakan kelelahan. Ada juga pasien yang ternyata lebih nyaman diperiksa oleh saya dibanding yang lain sampai-sampai saya bingung sendiri kenapa bisa begitu. Semuanya membuat saya semakin bersyukur berada di posisi ini.

Karena saya masih dalam jenjang pendidikan profesi, terkadang ada beberapa tugas yang mengharuskan melakukan kunjungan rumah pasien. Pernah suatu hari saya mengunjungi rumah salah satu pasien yang baru berkenalan 1 hari sebelumnya, setibanya saya & teman-teman di rumahnya justru kami malah disuguhkan banyak sajian makanan oleh keluarga tersebut. Anggota keluarga pasien mengatakan bahwa itu bentuk terima kasih mereka karena sudah dikunjungi oleh kami, MasyaAllah.. membuat kami semua terharu.

Banyak pelajaran hidup
Saking banyaknya, sampai tidak terhitung lagi apa saja pelajaran hidup yang secara sadar maupun tidak saya dapatkan selama pendidikan profesi dokter saya ini. Banyak cerita & pelajaran hidup yang bisa diambil selama saya bertugas, mulai dari yang bikin iri sampai yang menyentuh & tidak jarang bisa membuat saya meneteskan air mata (beneran loh). Lagi-lagi semuanya seolah-olah "menyentil" saya untuk selalu bersyukur --- maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Paling bikin iri kalau ada hal-hal so sweet antara pasien & keluarganya, seperti pasangan suami-istri yang sudah lanjut usia dimana sang kakek selalu setia menemani sang nenek selama di rumah sakit & beliau pun juga tahu bangaimana perkembangan kondisi istrinya dari awal sakit hingga saat itu. Belum lagi semangat para anggota keluarga yang tanpa pamrih menyemangati keluarganya yang sedang sakit.

Tidak sedikit juga hal yang membuat saya terharu. Seperti saat mendapatkan ada seorang kakek yang memeriksakan dirinya ke poliklinik seorang diri karena beliau memang hidup sendiri. Saat dokter pembimbing saya mengatakan bahwa kakek tersebut harus menjalani operasi namun harus ada anggota keluarga yang menandatangani persetujuan tindakan medis, sang kakek dengan semangat menyatakan siap dioperasi & mau beliau sendiri yang menandatangani surat pernyataan tersebut karena beliau tidak punya siapa-siapa. Sedih rasanya mendengar pernyataan tersebut, sampai saya menahan untuk meneteskan air mata & kisah sang kakek membuat saya teringat serta rindu kepada keluarga saya di rumah yang sementara ini saya tinggal untuk melanjutkan pendidikan.

Ladang pahala sekaligus dosa
Guru-guru saya banyak yang berpesan, "Kita menjadi dokter bisa melakukan 2 hal sekaligus: bekerja & mendapatkan pahala. Kapan lagi bisa memiliki profesi seperti ini?". Profesi seorang dokter memanglah mulia, sehingga dapat menjadi ladang pahala bagi yang menjalankannya sesuai dengan jalan yang lurus & ketentuan yang ada. Namun kemuliaan ini juga dapat menjadi ladang dosa jika ternodai oleh keputusan & tindakan yang salah selama memberikan pelayanan kepada masyarakat, na'udzubillah.. Semoga saya & semua dokter di manapun berada dapat terus istiqomah menjadi dokter yang hebat namun tetap mulia, insyaAllah..

"Cure sometimes, treat often, comfort always."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar